Rabu, 07 Mei 2014

Sebuah Alasan



DIAM.... Geretak jiwa padaku, ada kontradiktif antara kemauan dan kebaikan. Aku ingin dekat dengannya, namun baiknya kita berjauhan. Kebaikan yang bukan hanya untukku tapi lebih-lebih untuknya. Tiada penyesalan yang hinggap di dinding harapan, memang benar lebih baik terluka dengan orang yang tepat daripada bahagia bersama dia yang tak kau cinta. 

Sebenarnya keinginan untuk dekat itu melekat pada rongga-rongga angan ku yang telah lalu, tapi aku sadar kehadiran ku hanya sebagai pengusik, kehadiran ku hanya membuat hari indahnya terganggu. Aku sadar, kian sadar lagi saat aku mencoba mendekatinya melalui jaringan sosial itu, namun tak kunjung pula konfirmasinya menyetujui. Yah aku tahu aku bukan siapa-siapa.

Oleh karenanya aku tak ingin dirinya marah karena sikap ku yang mengesalkan, aku tak ingin dia memaki karena tingkah ku yang menyebalkan.  Lebih baik aku menyingkir menghempaskan ingin ku itu. Memupuskan segala cita dan asa demi kebahgiaannya. Kenapa tidak? 

Asmara tempatnya di hati dan sakitnya tak akan terlihat tapi diri ini yang merasakan.  Tuhan telah menciptakan dia sebagai pemenang, pemenang yang mengalahkan sebuah ketulusan, tapi untuk apa ketulusan namun tak membahagiakannya. Cinta itu soal memaafkan, merelakan, dan menerima. Memaafkannya tak sembarang memaafkan, merelakan dan menerimanya pun tak asal sekedar rela dan terima.

Berbesar hati menyikapi yang telah terjadi, cukuplah masa lalu menjadi demikian, biarkan masa depan menjadikannya pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar