DIAM.... Geretak jiwa padaku, ada
kontradiktif antara kemauan dan kebaikan. Aku ingin dekat dengannya, namun
baiknya kita berjauhan. Kebaikan yang bukan hanya untukku tapi lebih-lebih
untuknya. Tiada penyesalan yang hinggap di dinding harapan, memang benar lebih
baik terluka dengan orang yang tepat daripada bahagia bersama dia yang tak kau
cinta.
Sebenarnya keinginan untuk dekat
itu melekat pada rongga-rongga angan ku yang telah lalu, tapi aku sadar
kehadiran ku hanya sebagai pengusik, kehadiran ku hanya membuat hari indahnya
terganggu. Aku sadar, kian sadar lagi saat aku mencoba mendekatinya melalui
jaringan sosial itu, namun tak kunjung pula konfirmasinya menyetujui. Yah aku
tahu aku bukan siapa-siapa.
Oleh karenanya aku tak ingin
dirinya marah karena sikap ku yang mengesalkan, aku tak ingin dia memaki karena
tingkah ku yang menyebalkan. Lebih baik
aku menyingkir menghempaskan ingin ku itu. Memupuskan segala cita dan asa demi
kebahgiaannya. Kenapa tidak?
Asmara tempatnya di hati dan
sakitnya tak akan terlihat tapi diri ini yang merasakan. Tuhan telah menciptakan dia sebagai pemenang,
pemenang yang mengalahkan sebuah ketulusan, tapi untuk apa ketulusan namun tak
membahagiakannya. Cinta itu soal memaafkan, merelakan, dan menerima.
Memaafkannya tak sembarang memaafkan, merelakan dan menerimanya pun tak asal
sekedar rela dan terima.
Berbesar hati menyikapi yang
telah terjadi, cukuplah masa lalu menjadi demikian, biarkan masa depan
menjadikannya pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar