Jumat, 19 Juni 2015

Catatan Kecil Seorang Pendosa

Setelah hibernasi dari lautan diri yang dalam, mengitari setiap sisinya, agar aku lebih mengenal diri dan berharap akan mengetahui kebenaran yang terbalut dalam kebaikan.

Pagi ini, di hari ini, ditemani oleh kicauan burung di luar jendela kamar, adakah cinta yang melebihi cinta Tuhan terhadap hambaNya.  Terlalu lama diri ini terlena oleh kemilau dunia yang aku kira ini menipuku. Namun apakah aku merugi? Aku kira tidak, sebab aku yakin Tuhan ku itu Maha Baik dan Maha Penyayang.

Sejak aku mulai jatuh cinta aku mulai belajar memahami apa makna dari cinta itu, dulu aku memaknai cinta itu dimana kebahagiaan dan semua keinginan  dapat ku rasakan bersama seorang yang aku suka. Gejolak sebagai anak manusia yang masih mencari jati diri waktu itu membuat banyak perubahan dalam kehidupan. Agar terlihat tampan dan gentleman aku harus bertindak sebagai anak ABG yang tak enggan bila menenggak  minuman yang sebenarnya dapat merusak masa muda ku, tak enggan bila melakukan maksiat, tak enggan berbuat kasar terhadap orang tua, enteng saja langkah-langkah ku yang menghancurkan banyak hati orang yang menyanyangi ku.

Tak tahu apa yang ada dipikiran ku kala itu, yang aku tahu kini hal-hal kemarin adalah perbuatan yang salah untuk ku teruskan. Jika ditarik benang merahnya bagi masa depan kelak adakah hal yang bisa membuat ku menjadi manusia yang bersih setelah berlumuran kotoran di perjalanan kemarin. Dalam benak ku masih terlintas sebuah nasihat “setiap manusia pasti berdosa, dan sebaik-baiknya orang yang berdosa ialah yang bertaubat” kurang lebih begitu penguat hati ku untuk saat ini. Pengalaman kemarin mengajarkan aku satu hal ternyata dosa membuat seorang menjadi sadar dan berdoa, berdoa untuk di tempatkan dijalan yang lurus, karena apa? Bagi ku agar manusia paham fitrahnya manusia adalah makhluk ciptaan yang pasti melakukan kesalahan, melakukan dosa, melakukan kekeliruan.


Aku mulai belajar mencari cinta, di dalam cinta ternyata ada harapan untuk bahagia. Mencintai manusia seringnya berbuah kekecewaan, sedang tidak begitu jika mencintai Sang Pencipta Alam Semesta. Ternyata cinta itu ada padaNya, kebahagiaan terletak pada saat kita bisa bersyukur atas segala pemberianNya di dalam kehidupan. Tuhan tidak mengizinkan kita untuk mendapat semua yang kita mau, namun Ia selalu mengizinkan kita untuk selalu bersyukur. Aku kira bersyukur adalah pelengkap kehidupan dan mencintaiNya adalah hal yang selalu berlebih dalam kekurangan kita sebagai manusia.

Terima Kasih, Catatan Kecil Seorang Pendosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar